Pembukaan Festival Tandak Intan Kaharingan Ke XII Tingkat Provinsi Kalteng di Muara Teweh Paling Wah

KALIMANTAN TENGAH, BARITO UTARA, MUARA TEWEH - Pembukaan Festival Tandak Intan Kaharingan Ke - VII Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara benar-benar khidmat dan semarak.

Di Arena Terbuka Tiara Batara, acara yang diikuti ribuan umat Hindu Kaharingan ini sukses menyedot perhatian warga Barito Utara bahkan dari kalangan bukan penganut Kaharingan. Hal ini menunjukan bukti persaodaraan umat beragama sangat erat ditanah Kalimantan, khususnya bagi suku Dayak serta NKRI pada umumnya.

Selain ditampilkan pembacaan kitab suci umat Hindu Kaharingan, yaitu ayat-ayat kitab suci Panaturan yang dibawakan dengan indah dan menyentuh oleh Arya Maulana Pratama dan Penerjemah Helen Cahaya Sri Rahayu, pada puncak acara diisi dengan tari kolosal Dayak yang luar biasa koreografis dan atraktif.

Bahkan dipenghujung acara pejabat provinsi Kalimantan Tengah, Bupati Shalahuddin dan Wakilnya, Sekda, Wakapolres, perwakilan Dandim 1013, tokoh perubahan Barito Utara H. Gogo Purman Jaya, anggota DPRD, turut diajak para penari untuk menari mengelilingi Tiara Batara. Salah satu yang turut menari dengan semangat adalah Kepala Pengadilan Negeri Barito Utara Sugiannur, SH, MH.

Namun kesemarakan ini tidak sama sekali mengurangi kesakralan dari acara keagamaan nenek moyang suku Dayak di tanah Kalimantan ini.

Dalam laporan yang disampaikan Bupati Kabupaten Barito Utara H. Shalahuddin, disebutkan bahwa festival ini adalah momentum penting dalam upaya melestarikan seni, budaya dan nilai-nilai luhur masyarakat Dayak Kaharingan sebagai kekayaan dari identitas Kalimantan Tengah.

Disampaikan Shalahuddin pula mengenai cabang yang dilombakan, seperti lomba Kandayu, lomba Mantir Basarah, lomba Pandehan, lomba Sarana dan Prasarana Upacara, lomba Vocal Grup, lomba Manandak, lomba Karungut, lomba Pembacaan Kitab Suci Panturan, lomba Tarian Bernafaskan Agama Hindu Kaharingan dan lomba Cerdas Cermat.

"Kota Palangka Raya sebanyak 33 orang, Barito Utara sebanyak 165 orang, Sukamara sebanyak 30 orang, Pulang Pisau 90 orang, Kapuas 63 orang, Barito Selatan 70 orang, Barito Timur sebanyak 72 orang," sampai Shalahuddin.

Berikutnya Murung Raya sebanyak 95 orang, Gunung Mas sebanyak 172 orang, Kota Waringin Timur sebanyak 75 orang, Kota Waringin Barat sebanyak 60 orang, Katingan sebanyak 109 orang, Seruyan sebanyak 30 orang, Lamandau sebanyak 15 orang.

Selanjutnya pada sambutan Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tandak Intan Kaharingan Pusat Palangkaraya, Parada LKDR, S.Ag, M.Si disampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Bupati Barito Utara dan Wakil Bupati serta para pejabat yang hadir.

"Festival Tandak ini adalah termegah dan ter-wah yang pernah dilaksanakan," sebutnya.

Festival ini sebut dia, bukan hanya sekedar ajang kompetisi, namun merupakan media penting dalam upaya memperkuat pemahaman, pengamalan dan pelestarian nilai-nilai suci dalam kitab suci Panaturan.

Pada sambutan Dirjen Bimas Hindu Kementrian Agama RI yang disampaikan oleh direktur urusan agama Hindu, Dr. I Ngurah Sunarta, ia menyampaikan mengenai peran strategis festival ini dalam memperkuat budaya lokal untuk menopang cita-cita nasional.

"Kebudayaan yang kuat melahirkan manusia yang kuat, manusia yang kuat adalah pilar bagi Indonesia maju Tahun 2045," ujarnya.

Sementara itu pada sambutan Gubernur Kalimantan Tengah yang diwakilkan kepada Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Kalimantan Tengah, Ir. Herson B. Aden disampaikan apresiasi Gubernur kepada Barito Utara yang sukses menyelenggarakan event besar dari MTQH beberapa hari sebelumnya hingga Festival Tandak Intan Kaharingan saat ini.

"Keberhasilan ini merupakan bukti nyata toleransi kebersamaan dan keharmonisan masyarakat Kalteng yang berasal dari semangat Huma Betang dalam bingkai NKRI," puji Gubernur melalui perwakilannya.

Dari festival ini Gubernur berharap lahir generasi umat Hindu yang semakin beriman, bertakwa dan mampu mengamalkan ajaran Kaharingan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai tanda resmi dibukanya acara festival keagamaan ini, Bupati Shalahuddin diminta panitia untuk manyipet atau menyumpit, yaitu membidik sasaran dengan senjata tiup khas Dayak yang berupa pipa terbuat dari kayu ulin panjang yang biasa digunakan suku Dayak untuk berburu atau berperang. Hingga acara selesai tampak penonton tetap bertahan di acara yang berkesan ini.